BANTUL, sdit.arraihan.org--Orang tua hendaknya senantiasa menyempatkan diri untuk memperhatikan anaknya secara maksimal. Di antara wujud perhatian orang tua terhadap anak adalah berusaha memahami bagaimana mendidik mereka. Jangan sampai ada orang tua yang hanya memikirkan masalah ekonomis sehingga mengabaikan hak-hak anak dalam pendidikan. Itulah yang disampaikan oleh Faris Fantoro, Kepala SDIT Ar Raihan dalam launching “Sekolah Orang tua SDIT Ar Raihan Bantul (25/1).
Bertempat di Aula Kompleks II Pemda Kabupaten Bantul, acara yang bertema “Menjadi Orang Tua Hebat untuk Anak-anak Hebat” ini dihadiri oleh wali siswa SDIT Ar Raihan kelas 1 s.d. kelas 3. Sebagai sekolah, otomatis ada kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan. Pada launching ini, SDIT Ar Raihan menghadirkan Mohammad Fauzil ‘Adhim sebagai pembicara.
Berlaku sebagai moderator dalam acara ini adalah Trianawati Nunung Bintari, seorang pemerhati anak sekaligus pengurus Yayasan Ar Raihan. Dalam pengantarnya, Nunung menyampaikan bahwa saat ini banyak orang tua yang menganggap pendidikan anak sebagai beban. Untuk mengurai beban tersebut, orang tua pun mengambil jalan pintas dengan menyerahkan pendidikan anak ke sekolah. Dengan menyerahkan anak ke sekolah, orang tua sering beranggapan tanggung jawabnya dalam bidang pendidikan telah tunai. Sesungguhnya tidak demikian, keberadaan anak lebih banyak di rumah sehingga segala sesuatu yang terjadi di rumah tetap berperan sangat besar dalam pendidikan anak.
Sementara itu, Fauzil ‘Adhim menyampaikan bahwa pernikahan dilakukan dengan tujuan menyatukan perbedaan, yaitu perbedaan antara suami dengan istri. Ketika anaknya lahir, suami-istri kemudian memiliki tanggung jawab baru sebagai orang tua. Permasalahan yang terjadi lebih kompleks lagi. Para orang tua kerap gelisah melihat perkembangan anaknya, di antaranya karena pengaruh buruk teman sepermainan dan/atau teman sekolahnya.
Ketika sudah memutuskan memasukkan anak ke lembaga pendidikan formal bernama sekolah, ketika itu juga secara tidak langsung orang tua telah membuka pengaruh orang lain atas anak-anaknya. Pengaruh tersebut tersampaikan melalui interaksi anak ketika berada di sekolah. Ketika mendapati pengaruh yang negatif, orang tua tidak dapat serta-merta menyalahkan pihak lain. Orang tua disarankan untuk berkomunikasi dengan sesama orang tua untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan yang ada.
Fauzil ‘Adhim juga menyampaikan bahwa pada perkembangannya, orang tua, guru, dan lingkungan sekitar memiliki pengaruh yang saling bersaing terhadap anak. Oleh karena itu, bisa jadi seorang anak akan (1) lebih percaya kepada guru dibandingkan kepada orang tua, (2) lebih percaya kepada orang tua dibandingkan kepada guru, (3) kepercayaan anak terhadap orang tua dan guru sama besar, (4) anak tidak percaya kepada orang tua maupun guru karena lebih percaya kepada pembantu, (5) bisa jadi pula anak tidak percaya kepada ketiganya karena lebih percaya kepada teman sepermainannya dan/atau gadget yang dimilikinya.
Untuk itu, orang tua dan guru perlu bekerja sama. Orang tua dan semua elemen yang ada di sekolah hendaknya tidak menjatuhkan kredibilitas guru di depan anak sehingga menghilangkan kepercayaan mereka terhadap guru. Ikatan emosi antara anak dengan guru harus tetap dijaga. Sekolah harus menciptakan iklim yang positif untuk perkembangan adab anak. Anak yang beradab akan memiliki masa depan yang lebih baik dibandingkan anak cerdas yang tidak beradab. Jadi, tidak ada salahnya jika pada bulan-bulan pertama siswa masuk ke sekolah lebih diarahkan kepada pengenalan budaya sekolah.
Sebaliknya, guru pun selayaknya menumbuhkan kesadaran pada anak untuk taat, berbuat baik, dan berakhlak baik kepada orang tua. Guru pun hendaknya membangun kepercayaan anak kepada orang tua. Ketika terjadi permasalahan, diselesaikan melalui komunikasi antara guru dengan orang tua.
Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB tersebut berlangsung meriah. Beberapa peserta menyempatkan diri berdialog dengan Fauzil ‘Adhim pada penghujung acara. Di sela-sela acara, bagian SDM SDIT Ar Raihan, Triadmoko, mengemukakan, Sekolah Orang Tua ini akan dilaksanakan secara berkelanjutkan dengan format yang akan terus dikembangkan.
Launching Sekolah Orang Tua SDIT Ar-Raihan ditutup denganlaunching program wakaf harian. Rahmadi, Sekretaris Yayasan Ar Raihan, mengemukakan, selain untuk tujuan pendidikan, wakaf harian bertujuan untuk pengembangan lembaga. Hasil wakaf harian akan disalurkan kepada pos-pos yang membutuhkan. (sab)
Bertempat di Aula Kompleks II Pemda Kabupaten Bantul, acara yang bertema “Menjadi Orang Tua Hebat untuk Anak-anak Hebat” ini dihadiri oleh wali siswa SDIT Ar Raihan kelas 1 s.d. kelas 3. Sebagai sekolah, otomatis ada kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan. Pada launching ini, SDIT Ar Raihan menghadirkan Mohammad Fauzil ‘Adhim sebagai pembicara.
Berlaku sebagai moderator dalam acara ini adalah Trianawati Nunung Bintari, seorang pemerhati anak sekaligus pengurus Yayasan Ar Raihan. Dalam pengantarnya, Nunung menyampaikan bahwa saat ini banyak orang tua yang menganggap pendidikan anak sebagai beban. Untuk mengurai beban tersebut, orang tua pun mengambil jalan pintas dengan menyerahkan pendidikan anak ke sekolah. Dengan menyerahkan anak ke sekolah, orang tua sering beranggapan tanggung jawabnya dalam bidang pendidikan telah tunai. Sesungguhnya tidak demikian, keberadaan anak lebih banyak di rumah sehingga segala sesuatu yang terjadi di rumah tetap berperan sangat besar dalam pendidikan anak.
Sementara itu, Fauzil ‘Adhim menyampaikan bahwa pernikahan dilakukan dengan tujuan menyatukan perbedaan, yaitu perbedaan antara suami dengan istri. Ketika anaknya lahir, suami-istri kemudian memiliki tanggung jawab baru sebagai orang tua. Permasalahan yang terjadi lebih kompleks lagi. Para orang tua kerap gelisah melihat perkembangan anaknya, di antaranya karena pengaruh buruk teman sepermainan dan/atau teman sekolahnya.
Ketika sudah memutuskan memasukkan anak ke lembaga pendidikan formal bernama sekolah, ketika itu juga secara tidak langsung orang tua telah membuka pengaruh orang lain atas anak-anaknya. Pengaruh tersebut tersampaikan melalui interaksi anak ketika berada di sekolah. Ketika mendapati pengaruh yang negatif, orang tua tidak dapat serta-merta menyalahkan pihak lain. Orang tua disarankan untuk berkomunikasi dengan sesama orang tua untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan yang ada.
Fauzil ‘Adhim juga menyampaikan bahwa pada perkembangannya, orang tua, guru, dan lingkungan sekitar memiliki pengaruh yang saling bersaing terhadap anak. Oleh karena itu, bisa jadi seorang anak akan (1) lebih percaya kepada guru dibandingkan kepada orang tua, (2) lebih percaya kepada orang tua dibandingkan kepada guru, (3) kepercayaan anak terhadap orang tua dan guru sama besar, (4) anak tidak percaya kepada orang tua maupun guru karena lebih percaya kepada pembantu, (5) bisa jadi pula anak tidak percaya kepada ketiganya karena lebih percaya kepada teman sepermainannya dan/atau gadget yang dimilikinya.
Untuk itu, orang tua dan guru perlu bekerja sama. Orang tua dan semua elemen yang ada di sekolah hendaknya tidak menjatuhkan kredibilitas guru di depan anak sehingga menghilangkan kepercayaan mereka terhadap guru. Ikatan emosi antara anak dengan guru harus tetap dijaga. Sekolah harus menciptakan iklim yang positif untuk perkembangan adab anak. Anak yang beradab akan memiliki masa depan yang lebih baik dibandingkan anak cerdas yang tidak beradab. Jadi, tidak ada salahnya jika pada bulan-bulan pertama siswa masuk ke sekolah lebih diarahkan kepada pengenalan budaya sekolah.
Sebaliknya, guru pun selayaknya menumbuhkan kesadaran pada anak untuk taat, berbuat baik, dan berakhlak baik kepada orang tua. Guru pun hendaknya membangun kepercayaan anak kepada orang tua. Ketika terjadi permasalahan, diselesaikan melalui komunikasi antara guru dengan orang tua.
Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB tersebut berlangsung meriah. Beberapa peserta menyempatkan diri berdialog dengan Fauzil ‘Adhim pada penghujung acara. Di sela-sela acara, bagian SDM SDIT Ar Raihan, Triadmoko, mengemukakan, Sekolah Orang Tua ini akan dilaksanakan secara berkelanjutkan dengan format yang akan terus dikembangkan.
Launching Sekolah Orang Tua SDIT Ar-Raihan ditutup denganlaunching program wakaf harian. Rahmadi, Sekretaris Yayasan Ar Raihan, mengemukakan, selain untuk tujuan pendidikan, wakaf harian bertujuan untuk pengembangan lembaga. Hasil wakaf harian akan disalurkan kepada pos-pos yang membutuhkan. (sab)